Pada post ini kita akan membahas mengenai potensi pakan ternak berikut cara pengolahannya dari ampas singkong atau juga disebut onggok dan menguak potensi tersembunyi yang dapat dimanfaatkan dari limbah tapioka ini. Bagi peternak, umumnya biaya untuk pakan bisa mencapai 70-80% dari biaya produksi. Oleh sebab itu, tinggi atau rendahnya biaya bahan baku pakan akan sangat menentukan tingkat keuntungan yang bisa diperoleh dari usaha peternakan itu. Dengan memanfaatkan ampas singkong atau onggok kita bisa menekan biaya pakan secara signifikan.
Contents
Sumber Ampas Singkong yang Melimpah
Mengenai sumber onggok kita peroleh darimana, mari kita ambil contoh salah satu sentra industri pengolahan singkong di kabupaten Pati yang sebenarnya memiliki potensi besar yang terpendam. Salah satu potensi ini dapat dilihat dari data ketersediaan bahan baku (produksi ketela) yang menempati peringkat 2 di Jawa Tengah (Data BPS Jateng, 2015). Data produksi ketela rata-rata kabupaten Pati dari tahun 2016-2018 berturut-turut 437.70 kw/ha, 432.77 kw/ha, 396.16 kw/ha (Data BPS Pati, 2018). Ketela yang langsung dikonsumsi sebagai pangan masyarakat menurut Badan Ketahanan Pangan hanya sekitar 28%, sisanya diolah menjadi tapioka di sentra Industri tapioka Kecamatan Margoyoso, setidaknya ada lima desa yang menjadi pusat produksi tapioka. Industri ini juga memberikan kontribusi besar bagi perekonomian daerah karena mampu menyerap tenaga kerja dakam jumlah cukup banyak. Total produksi tapioka dari 85 UKM di Kabupaten Pati sebesar 146.491 ton per tahun. Sementara potensi produksi tapioka sebesar 176.136 ton. Industri skala kecil memiliki kemampuan produksi sebesar 10-15 ton per hari dan industri skala besar memiliki kemampuan berkisar antara 20-50 ton per hari.
Kebutuhan Industri yang Tinggi dan Limbah yang juga Tinggi

Tepung tapioka atau ubi kayu merupakan bahan dasar pembuatan makanan ringan di Indonesia yang memiliki tekstur kenyal, seperti bakso aci, bubur mutiara, dan cireng. Selain itu juga tapioka digunakan sebagai bahan industri pembuatan kue, seperti kue sagu, stik keju, kue lapis, kue cucur, bola ubi, tahu aci, kerupuk dan masih banyak lagi.
Limbah padat dan cair yang dihasilkan industri tapioka sekitar 80%.
Balai Riset dan Standardisasi Industri Bandar Lampung
Banyaknya industri yang telah kita sebutkan tadi dapat kita tarik kesimpulan bahwa kebutuhan dalam negeri akan tapioka sangat besar. Namun ini menimbulkan masalah lain, yaitu limbah yang dikeluarkan oleh industri pengolahan tepung tapioka berupa limbah cair dan limbah padat (sekitar 80%). Limbah padat industri pengolahan tapioka berasal dari proses pengupasan kulit singkong dan ampas (onggok) yang dihasilkan dari proses pemarutan dan pengepresan singkong. Menurut penelitian Balai Riset dan Standardisasi Industri Bandar Lampung limbah padat dan cair yang dihasilkan industri tapioka sekitar 80%. Limbah itu terdiri dari 15-20 % kulit ubi kayu dan 65–75% onggok. Dengan menggunakan data rata-rata produksi tahunan di Kabupaten Pati sendiri maka akan ada limbah tapioka 95.261,15 ton per tahun. Ini bukanlah angka yang kecil, jika tidak dikelola dan dimanfaatkan dengan baik, tentu ini akan menjadi masalah lingkungan.
Dalam keadaan kering onggok mengeluarkan bau tidak sedap, dan lebih lagi bau tidak sedap lebih menyengat dalam keadaan basah yaitu saat musim hujan. Bau tidak sedap ini muncul akibat terjadinya proses pembusukkan onggok yang sangat cepat. Kabar baiknya onggok bisa digunakan sebagai pakan ternak, tentu saja harus melalui pengolahan terlebih dahulu.
Di Kabupaten Pati, limbah onggok atau ampas singkong merupakan pakan ternak yang mudah didapatkan dengan harga yang terjangkau dibandingkan dengan pakan jenis lain seperti dedak. Selain itu, meski dianggap limbah, onggok masih mengandung karbohidrat, nilai gizi tinggi, protein, lemak dan air sebagai sumber energi. Oleh karena itu, Onggok cocok sebagai pakan ternak. Selain itu, sapi yang diberi makan onggok cenderung gemuk, sehat dan berat badannya bertambah.
Cara Pengolahan Onggok
Berikut adalah langkah-langkah mengolah limbah industri tapioka atau onggok secara ringkas yang dapat kamu aplikasikan sendiri:
1. Pencucian 1
Onggok basah segera cuci untuk menghilangkan sebagian kotoran dan pati yang masih terdapat onggok. Proses pencucian onggok dilakukan pada tapisan bambu dan dilapisi kain saring dengan menggunakan air mengalir selama 30 menit (20-30 liter air/kg onggok). Proses ini dianggap cukup jika tetesan air cucian telah jernih.

2. Fermentasi
Fermentasi dilakukan dengan menggunakan Aspergillus niger. Yakni, semacam kapang atau jamur. Ada juga campuran urea dan amonium sulfat sebagai sumber nitrogen anorganik. Ini akan membuat onggok memiliki kandungan energi lebih tinggi untuk pakan hewan ternak. Fermentasi ini bertujuan untuk menumbuhkan mikroba alami yang dapat menggunakan pati dan turunannya. Tambahkan air ke dalam media onggok dengan perbandingan 1:1. Penambahan air dikasudkan agar suplai nutrien dapat merata ke setiap individu sel mikroba dan memudahkan pembuangan mikroba serta hasil metabolismenya pada akhir fermentasi. Proses fermentasi dilakukan pada suhu kamar cukup selama 2-3 hari.

3. Pencucian 2
Onggok yang telah mengalami fermentasi perlu dicuci secara intesif untuk menghilangkan mikroba, asam-asam dan senyawa kimia ikutan lainnya yang tidak diinginkan serta menghilangkan bau asam/busuk pada onggok. Proses pencucian dilakukan pada tapisan bambu dan dilapisi kain saring dengan menggunakan air mengalir selama 30 menit (15-20 liter air/100 kg onggok). Proses ini dianggap cukup jika tetesan terakhir air cucian telah jernih dan tidak tercium lagi bau busuk/asam.

4. Pengepresan
Bertujuan untuk menghilangkan sebagian air sehingga proses pengeringan dapat dipercepat. Setelah itu dilakukan pengeringan, sehingga kadar airnya menurun.

5. Penggilingan
Untuk memperoleh tepung, onggok yang sudah kering dihaluskan dengan mesin penggiling.

6. Pengayakan
Proses selanjutnya adalah pengayakan yang bertujuan untuk menghasilkan tepung yang seragam.

7. Pengemasan dan Penyimpanan
Tepung yang telah diayak dikemas dalam kemasan plastik dan disimpan pada ruang yang tidak lembab.

Catatan : Pengeringan adalah bagian penting sebelum dilakukan fermentasi pada onggok. Itu sebabnya, proses pengeringan onggok harus betul-betul sempurna dan dilakukan di bawah terik matahari. Pengeringan yang dilakukan di bawah terik matahari tersebut akan membuat ampas limbah yang basah berubah bentuk seperti pasir kasar dan berwarna putih. Sedangkan, ampas limbah yang setengah kering atau masih basah akan berbentuk seperti batu kerikil dengan kelir coklat dan hitam.