Sejarah dimsum bermula di Jalur Sutra pada jaman Dinasti Han (206 SM – 220 M). Ya, dengan kata lain, dimsum adalah makanan yang sudah berusia ribuan tahun. Jalur Sutra adalah rute raksasa yang menghubungkan perdagangan antara negara-negara timur dengan negara-negara barat. Jalur ini bermula dari Tiongkok, ke India, Roma, Mesir, bahkan Afrika. Disebut jalur sutra karena komoditas yang banyak dipertukarkan waktu itu adalah kain sutra. Karena jalur tersebut begitu ramai dilalui para pedagang, buruh, petani, pengelana, wisatawan, biarawan, prajurit, dan juga para nomaden, maka di sepanjang jalur sutra itu khususnya di wilayah Asia Tengah banyak didirikan kedai-kedai teh sebagai tempat istirahat, yang kebanyakan penjualnya adalah orang-orang Kanton yang berasal dari Tiongkok Selatan. Dimsum sendiri dulunya adalah salah satu camilan untuk menemani minum teh di kedai-kedai tersebut, karena itulah orang Kanton sering kali disebut sebagai pencipta dimsum pertama di dunia. Camilan lain yang dijajakan di kedai teh waktu itu antara lain adalah ceker ayam (fung zao), bakpao, siomay, dumpling, pangsit, hakau (dimsum udang), gyoza, dan xiaolongbao (pangsit berisi kuah). Boleh dibilang bisa disamakan dengan angkringan di Indonesia. Kala itu, dimsum biasanya disajikan sebagai sarapan di waktu menjelang siang, atau istilah modern-nya sekarang disebut brunch. Ukurannya yang kecil memang disengaja agar orang tidak cepat kenyang dan bisa menikmati kudapan lain yang dijajakan.

Bahkan, nama dimsum sendiri aslinya adalah pelafalan logat Kanton dari kata dianxin (harusnya dibaca tien sin) yang dalam bahasa Mandarin memiliki arti “makanan kecil” atau “sedikit tapi menyentuh hati”. Sementara tradisi minum teh bersama di kedai pada pagi hari disebut yamcha (dibaca yin cha) yang artinya “menyeruput teh” dalam bahasa Mandarin.
Pada waktu itu, dimsum dibedakan jadi dua, yaitu dimsum goreng dan dimsum kukus. Untuk dimsum kukus biasanya disajikan dalam keranjang bambu agar tetap hangat, dan tiap keranjangnya hanya berisi satu jenis dimsum saja, persis seperti yang bisa kita lihat di booth jualan dimsum yang ada di Indonesia sekarang ini.
Baca Juga: Menggiurkan! Bisnis Dimsum Omset Milyaran
Kembali lagi ke masa Dinasti Han di mana dimsum masih dijual di kedai-kedai teh. Seiring berjalannya waktu, ternyata dimsum menjadi lebih terkenal daripada yamcha alias tradisi minum teh itu sendiri, padahal awalnya yang utama adalah minum teh, dan dimsum hanyalah pendamping minum teh. Kepopuleran awal dimsum ini ternyata dipengaruhi oleh alasan yang sepele, tak lain karena nama dimsum lebih mudah diucapkan dan diingat oleh orang-orang Inggris yang saat itu menduduki daerah Hong Kong.
Karena kepopuleran awal inilah, dimsum mulai dijual bukan hanya di kedai teh kecil, tapi juga di rumah makan dan restoran-restoran. Namun, ketenaran dimsum sempat meredup karena seorang tabib bernama Hua Tuo melarang makan dimsum atas dasar keyakinannya bahwa dimsum dapat menyebabkan kegemukan. Hal ini berlangsung tidak terlalu lama karena orang-orang yang tak paham bahasa Mandarin tetap membeli dimsum dan orang-orang Kantong tetap menjualnya tanpa menghiraukan imbauan dari sang tabib. Lambat laun dimsum pun menjadi makanan tradisional, konon bapak-bapak di Tiongkok dulu sering menikmati dimsum sebagai camilan saat mengurus kandang burung kesayangan mereka, sementara orang-orang Hong Kong biasanya menikmati dimsum dengan teh saat bermain mahjong.
Bagaimana Sejarah Dimsum di Indonesia?
Kebiasaan menjual dimsum terus berlanjut dan dibawa oleh para imigran China yang membuka restoran Chinese Food di seluruh penjuru dunia, tidak terkecuali adalah Indonesia. Restoran Chinese Food pertama di Indonesia terletak di Jakarta dan didirikan sekitar awal tahun 1900-an, meskipun mereka sudah masuk ke Indonesia jauh sebelumnya.
Dimsum yang dijual di restoran Chinese Food Indonesia awalnya hanya laku di kalangan orang Tiong Hoa saja. Pada tahun 2000-an, tren wisata kuliner membuat restoran Chinese Food banyak dijajal oleh masyarakat yang lebih luas, sehingga mereka pun mulai menyesuaikan resep dimsum dengan selera lidah orang Indonesia secara umum. Pada tahun 2014, Festival Dimsum mulai banyak diadakan di hotel-hotel berbintang. Kemudian sekitar tahun 2016, dengan semakin populernya sosial media seperti Instagram, dimsum mulai dikenal sebagai makanan yang Instagrammable karena keindahan bentuk, warna, dan variasinya. Dari situlah banyak orang mulai penasaran dengan rasa dimsum yang konon katanya enak dan unik. Dari kepopuleran di sosial media itulah, pada tahun 2018, mulai banyak orang Indonesia yang mencoba menjual dimsum di kedai-kedai di pinggir jalan. Sampai akhirnya sekarang pada tahun 2022, dimsum sudah jadi camilan kekinian yang digandrungi semua kalangan, sudah banyak pengusaha dimsum dengan model bisnis franchise dan kemitraan yang kebetulan juga populer belakangan ini, bahkan sekarang sudah ada supermarket khusus dimsum dari supplier dimsum terbesar di Indonesia.


