Jika kita telisik lebih lanjut, singkong sebenarnya menawarkan peluang besar yang belum terjamah. Dengan singkong kita mampu memperluas penyerapan tenaga kerja dalam negeri atau bahkan mengeksploitasi puncak harga di pasar makanan yang pada akhirnya akan meningkatkan pendapatan petani kecil juga. Saat ini Indonesia merupakan negara penghasil singkong terbanyak keempat dunia. Berturut-turut adalah Nigeria sebanyak 57 juta ton, Thailand 30 juta ton, Brasil 23 juta ton dan Indonesia 19-20 juta ton. (Sumber: Kominfo, Jawa Timur)
Di Indonesia, singkong dijadikan sebagai bahan pangan pengganti beras yang cukup berarti peranannya untuk menopang daya tahan pangan suatu daerah. Kepala Dirjen Tanaman Pangan, Suwandi, menambahkan, “kalau di Indonesia tren produksi singkong 5 tahun terakhir cenderung berfluktuatif dan menurun, pada tahun 2017 produksi singkong berada pada angka 19 juta ton dan kemudian menurun hingga tahun 2021 sebesar 15, 7 juta ton. Rerata 5 tahun terakhir produksi singkong berkisar 16, 7 juta ton. Penyusutan produksi ini disebabkan penyusutan luas pertanaman singkong dimana pada tahun 2017 mencapai 734 ribu ha pada tahun 2021 mencapai 600 ribu ha.” (Sumber: Pangannews.id)
Dilansir dari Antaranews, Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) berupaya mendorong masyarakat melakukan diversifikasi pangan berbahan dasar singkong untuk mengurangi konsumsi beras guna mengantisipasi ancaman krisis pangan global. Selain itu, singkong juga dinilai memiliki komposisi gizi yang lebih baik dan proses budidaya yang lebih mudah dibandingkan beras. Ini adalah peluang yang harus Anda jemput jika Anda seorang petani dan pelaku industri. Beberapa perusahaan pangan dalam negeri sudah mulai memanfaatkan mocaf untuk membuat produk unggulan dari singkong.
Ketika berbicara tentang singkong, banyak potensi dan manfaat yang ada, baik dari kesehatan, manfaat kesejahteraan masyarakat, manfaat sumber daya pangan dan aspek lainnya
Mahkota Dollar Business Insight
Baca Juga: Manfaat, Nutrisi, dan Bahaya Singkong bagi Kesehatan
Contents
Keripik Singkong pun Laku di Luar Negeri
Keripik singkong dengan beberapa varian rasa diminati oleh warga negara asing. Hal ini dapat kita lihat dari keberhasilan 3 perusahaan dalam negeri yang berhasil melego produk ini ke berbagai negara. PT. Parestu Estu Guna adalah perusahaan yang mendulang berkah dari keripik singkong, tepatnya pada tahun 2020. Tidak tanggung-tanggung, keripik singkong yang diproduksi usaha kecil dan menengah (UKM) asal Bojonegoro, Indonesia ini berhasil menembus pasar Amerika Serikat (AS). Ekspor perdana keripik singkong dari perusahaan tersebut dilaksanakan pada Rabu, 28 Januari 2020 dengan jumlah 320 karton atau senilai USD 5200 atau sekitar 77 juta rupiah (kurs Agustus 2022). Cerita kedua berasal dari usaha kecil dan menengah (UKM) asal lampung yakni, CV. Panda Alami membuahkan hasil gemilang dengan mengekspor keripik singkong ke negeri Ratu Elizabeth. Kemudian UKM asal Deli Serdang, Sumatera Utara yaitu PT. Kreasi Lutvi Sejahtera. Perusahaan ini berhasil masuk ke pasar Korea Selatan.
Baca Artikel Selengkapnya: Luar Biasa! Potensi Ekspor Keripik Singkong
Update Peta Persaingan Olahan Singkong Global Tahun 2022: Tepung Tapioka
Ekspor Indonesia untuk singkong tidak terlalu tinggi , dimana rata-rata ekspor singkong 5 tahun terakhir mencapai 86,3 juta ton ekspor tertinggi pernah dicapai tahun 2021 sebesar 291,6 juta ton. Ekspor singkong tahun 2022 baru mencapai 3.360 Ton dengan nilai USD 2,5 juta atau 39 miliar rupiah ke 22 negara seperti Australia, Bahrain, Belgium, China, Timor Timur, Jerman, Hongkong, Malaysia, Maldives, Belanda, Filipina, Qatar, Arab Saudi, Singapura, Srilanka, Swedia, Taiwan.

Namun apablia kita berikan nilai tambah pada singkong tadi menjadi tepung tapioka, maka coba perhatikan data diatas. Dengan membaca tabel peringkat ekspor dunia untuk produk tepung tapioka maka kita akan tahu bahwa negara Indonesia mengalami pertumbuhan fantastis pada komoditas ini. Dalam 3 tahun terakhir pertumbuhan ekspor tepung tapioka mencapai 2175,53% dengan nilai ekspor 121,95 juta USD atau 1,9 Triliun rupiah. Wow, sungguh luar biasa! Indonesia mampu mengambil pangsa pasar Thailand dan Vietnam yang dalam 5 tahun terakhir merupakan pemain utama pada komoditas ini.

Menjemput Peluang dengan 6 Langkah Mengoptimalkan Panen Singkong/Ubi Kayu
Dengan meningkatnya volume ekspor tepung tapioka di Indonesia, maka akan menarik permintaan kebutuhan singkong dalam negeri. Agar Anda dapat berpartisipasi menjemput peluang ini maka, berikut Mahkota Dollar bagikan tips untuk meningkatkan produksi singkong dan menghasilkan panen yang melimpah yang kami rangkum dari Balai Penyuluhan dan Pengembangan Sumber Daya Manusia Pertanian, Kementrian Pertanian:
1. Pelajari Kebutuhan Tanaman Singkong
Syarat tumbuh tanaman singkong/ubi kayu agar bisa berkembang dengan bagus serta optimal maka dibutuhkan intensitas curah hujan 250 – 300 mm, kemudian saat fase menjelang panen dan saat panen membutuhkan intensitas curah hujan 100 – 150 mm. Tidak hanya itu, temperatur udara yang dibutuhkan guna tumbuh kembangnya tanaman singkong/ubi kayu adalah minimun 10 derajat celcius. jika temperatur berada di bawah 10 derajat celcius, maka dibutuhkan cuaca yang baik, dengan intensitas curah hujan 150 – 200 mm, umur 1 – 3 bulan dan 4 – 7 bulan akan mengakibatkan tanaman singkong/ubi kayu pertumbuhannya sedikit terhambat serta akan jadi kecil, sebab perkembangan bunga yang kurang maksimum. Tidak hanya itu, kelembaban udara yang diperlukan untuk tumbuhan singkong/ubi kayu supaya lebih maksimal sekitar 60 – 65%, dan cahaya matahari yang dibutuhkan dengan intensitas sekitar 10 jam per hari, hal ini untuk menunjang kesuburan daun serta membantu perkembangan umbinya.
2. Pengolahan Tanah dan Tanaman

Lahan yang bagus untuk menanam ubi kayu yaitu tanah yang memiliki struktur gembur, remah, tidak terlalu poros, dan mempunyai banyak materi organik. Dengan tanah yang berstruktur remah, ada tata udara yang lebih bagus dan sangat tersedia unsur hara dan mudah untuk diolah, jenis tanah aluvial latosol, podsolik merah kuning, grumusol, mediteran dan andosol, sangat sesuai buat menanam ubi kayu. pH tanah yang sesuai ialah sekitar 4,5 – 8,0 dengan pH ideal berkisar 5,8. Tanah di Indonesia pada umumnya mempunyai pH yang rendah (asam), yakni 4,0 – 5,5, sehingga tanah di Indonesia dipandang layak dan proporsional untuk kesuburan tumbuhan ubi kayu.
Tanah diolah: pada fase ini pengerjaan tanah merupakan tahapan untuk mensterilkan tanah dari seluruh ganguan baik gulma maupun rumput atau akar tumbuhan sebelumnya, tahapan ini untuk mempermudah perakaran tanaman yang berkembang serta membasmi tanaman inang untuk hama dan penyakit yang kemungkinan akan tumbuh, Pengerjaan tanah dilakukan sekitar kedalaman 25 cm. Apabila memungkinkan maka buatlah bedengan. Bedengan berfungsi untuk menjaga kelembaban tanah menjadi lebih stabil karena dengan menggunakan bedengan sirkulasi udara didalam tanah menjadi baik. Pada awal perkembangan ubi kayu membutuhkan air yang lumayan sehingga perlu menyesuaikan jadwal penanaman dilakukan pada musim hujan.
Stek ditanam dengan metode menancapkan ke tanah sedalam 3- 5 cm. Posisi stek tidak boleh hingga terbalik. Jarak tanam ubi kayu/singkong rata- rata adalah 100 x 100 atau 80 x 70 atau 100 x 70 cm, tergantung varietasnya. Dengan jarak tanam ini akan menciptakan populasi tanaman mencapai 10.000 – 17. 000 tumbuhan/ha. Jarak tumbuhan yang lebih rapat akan menghasilkan umbi- umbi yang lebih kecil–kecil.
3. Pemupukan Ubi Kayu/Singkong yang Optimal

Takaran pupuk yang diperlukan untuk tumbuhan Ubi Kayu yaitu: 200 kg Urea, 100 kg SP-36 dan 100 kg Kcl per hektar yang diberikan dalam 2 fase: Pada usia 7 – 10 hari dilakukan pemupukan dengan takaran: 100 kg Urea, 100 kg SP-36 dan 50 Kg Kcl per hektar. Ketiga pupuk digabung hingga merata setelah itu dilakukan pemupukan dengan metode tugal sekitar 15 cm dari tanah. Pemupukan berikutnya pada Umur 2 – 3 bulan takaran 100 kg Urea, dan 50 Kg Kcl per hektar. Triknya sama seperti pemupukan awal.
4. Wiwil (Membatasi jumlah tunas)
Tahapan ini sedikit kita temui dilapangan serta terlebih lagi sebagian besar petani masih asing mendangarkan tahapan tersebut mungkin karena namanya pula istimewa hehe. Wiwilian dilakukan 1 kali pada umur tumbuhan mencapai 1 bulan dimana tumbuhan mulai berkembang tunas- tunas belia. Wiwilan ini merupakan cara pemangkasan atau pengumpulan tunas yang berlebih, tunas dibuang atau dirempes, cuma menyisahkan 2 tunas yang sangat baik. Pemangkasan tunas ini perlu dilakukan, sebab tiap tumbuhan ubi kayu wajib memiliki 2 – 3 cabang. Dengan melakukan langkah ini bisa membantu batang tumbuhan supaya bisa digunakan sebagai benih kembali dimusim tanam yang akan datang.
5. Penyiangan dan Pembubunan
- Penyiangan bermaksud untuk membuang rumput atau tumbuhan pengganggu disekitar tanaman ubi kayu. Pada satu satu musim, penyiangan bisa dilakukan minimun 2 kali. Tumbuhan wajib terhindar serta bebas dari seluruh tumbuhan pengganggu selama beberapa masa yaitu antara 5 – 10 minggu HST( Hari Setelah Tanam). Apabila tumbuhan pengganggu itu tidak bisa dikendalikan selama rentang waktu itu, produktivitas ubi kayu dapat turun hingga 75% jika dibanding dengan keadaan tanpa gangguan tumbuhan liar.
- Pada umur 2 – 3 bulan dilakukan pembumbunan. Langkah ini dilakukan dengan menggemburkan tanah yang terletak di dekat tumbuhan serta setelah itu tanah dibuat seperti bukit kecil. Waktu pembubunan ini dilakukan secara bersamaan dengan penyiangan.
6. Panen
Selanjutkan tahapan akhir dalam kegiatan budidaya yaitu: mengetahui umur panen ubi kayu. Usia panen ubi kayu bervariasi tergantung pada tipe varietasnya. Varietas unggul biasanya bisa dipanen pada umur 8 – 11 bulan. Tetapi untuk ubi kayu varietas genjah siap panen berumur 6 – 8 bulan, dan umur 9 – 12 bulan buat ketela jenis dalam. Memanen ketela bisa dilakukan dengan metode mencabut batangnya, dan apabila ada ubi kayu yang tertinggal bisa diambil menggunakan cangkul. Setelah itu di simpan dalam media. Salam lestari para petani Indonesia, selamat bekerja!